Peer Counseling Remaja SMPIT Madani Islamic School Payakumbuh

 

Dunia remaja adalah dunia yang susah ditebak dan ditaklukkan itulah penilaian yang banyak para pendidik. Mereka sangat berbeda setelah menginjak usia remaja, hilang sudah sikap patuh dan lebih sering sulit dipahami saat di usia SMP. Kenyamanan para remaja beralih dari orang-orang terdekat/orang tua menjadi lebih nyaman dengan teman seusia dan circlenya. Hal ini terjadi bukan tanpa sebab usia remaja adalah usia pencarian jati diri, usia pubertas, semua kondisi fisik juga berubah seiring dengan perubahan emosionalnya.

Kenapa remaja lebih bisa tertawa lepas dengan teman-temannya, bisa curhat banyak hal tapi cendrung tertutup pada orangtua dan guru. Hal ini karena teman tidak pernah menuntut, teman berdiri sejajar tanpa menghakimi, tanpa menyalahkan dan selalu mendengar apapun yang ingin mereka sampaikan. Atas dasar itulah maka bimbingan konseling membentuk PCR di sekolah, agar masalah-masalah yang jarang bisa diungkap bisa diungkap melalui PCR selain itu juga menjadi wadah belajar bagi para siswa.

Bimbingan konseling teman sebaya (peer counseling) merupakan suatu cara bagi siswa belajar bagaimana memperhatikan dan membantu siswa lain dan belajar berempati terhadap masalah yang dihadapi oleh temannya di sekolah. Peer Couselling di Madani hadir sebagai bentuk upaya sekolah melibatkan siswa dalam penyelesaian-penyelesaian kasus yang dialami oleh remaja dan juga menjaring kasus yang tidak terlihat oleh guru dan guru BK karena para remaja ini ada yang cendrung tidak jujur terhadap masalah yang dihadapinya. PCM bisa menjadi sahabat dan teman berbagi para siswa yang membutuhkan tempat untuk berbagi dan menumpahkan keluh kesah yang dialaminya, yang bisa jadi saat ia bercerita pada orang dewasa dianggap permasalahan tersebut bukan masalah yang penting.

Penerapan konselor sebaya ini merupakan pemanfaatan fungsi teman sebaya. Fungsi teman sebaya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga, sumber kognitif untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan sumber emosional untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri. Salah satu fungsi terpenting dalam sebaya adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia luar keluarga. Melalui sebaya remaja belajar menjadi pasangan-pasangan yang terampil dan sensitif dalam hubungan dekat dengan membentuk persahabatan yang erat dengan sebaya terpilih (Santrock, 2007).

Proses perekturan peer counseling remaja ini di mulai dari penyebaran angket di setiap kelas dan meminta masukan pada wali kelas. Poin yang menjadi tolak ukur siswa dinyatakan bisa menjadi konselor remaja adalah memiliki rasa peduli pada teman dan memiliki empati terhadap permasalahan yang dialami oleh temennya. Setelah penyebaran angket di kelas VII, VII dan kelas X proses selanjutnya adalah seleksi wawancara kepada calon PCR. Setelah proses wawancara dan telah terpilih siswa sebagai PCR maka akan dilakukan pelatihan oleh guru BK sebagai bekal siswa-siswa ini untuk menjadi konselor sebaya.

“Konselor” sebaya juga diharapkan bisa menjadi tempat yang nyaman bagi teman-temannya untuk bercerita dan berbagi masalah, PCR juga diharapkan mampu mengajak atau menyarankan teman yang membutuhkan bantuan untuk berkonsultasi langsung kepada konselor ahli jika permasalahan yang dialami oleh konseli tidak bisa diselesaikan oleh koneselor sebaya.

Calon konselor sebaya dilatih mengenai dasar untuk mendengarkan dan keterampilan memecahkan masalah serta pengambilan keputusan. Dasar pemikiran konseling teman sebaya didasarkan pada asumsi bahwa individu yang memiliki karakteristik dan usia yang cenderung sama dapat mempengaruhi perilaku orang lain secara signifikan. Melalui konseling teman sebaya, teman sebaya berinteraksi dan memberikan perhatian dan kepedulian satu sama lain saat dihadapkan dengan masalah yang mengganggu melalui pemahaman diri.

Belajar menjadi pendengar adalah salah satu yang akan dibekali pada PCR artinya mereka harus mampu mendengarkan keluh-kesah teman-temannya tanpa menyela dan menghakimi. Tanpa berlatih ini akan sulit di lakukan, karena pada dasarnya semua orang ingin di dengar dan pada umumnya sering melakukan penghakiman pada teman yang bercerita. Banyak kasus permasalahan remaja yang terjerumus pada self harm karena tak pernah di dengar, kesulitan menemukan tempat bercerita yang betul-betul mendengar tanpa menghakimi.

Selain itu sifat-sifat dasar yang harus dipelajari oleh peer counselling remaja adalah

  1. Warm (hangat)
  2. Acceptance ( menerima)
  3. Unconditional positive ( pandangan positif di semua kondisi)
  4. Altruism ( rasa peduli n empati)

Diharapkan dengan hadirnya konselor remaja ini akan menjawab kebutuhan para siswa untuk mendapat tempat untuk di dengar pendapatnya dan warna rasa mereka selaku remaja. Hadirnya PCR ini juga diharapkan akan membantu terciptanya kondisi yang nyaman dan membahagiakan di sekolah, serta program bimbingan konseling yang bisa fokus pada pengembangan minat bakat siswa secara keseluruhan, guru BK tidak lagi fokus pada permasalan siswa tapi juga ke pengembangan bakat sesuai genetiknya.

Oleh : Nelfi Yanti, M.Pd