PEMBIASAAN ADAB MELAHIRKAN GENERASI BERADAB

 

Fetrianis, S.Pd., Guru Tahfizh Pada SMP IT Madani Islamic School Payakumbuh

Adab merupakan tatanan tingkah laku yang ditampilkan seseorang. Menurut ensiklopedi Nasional Indonesia (2004), adab dalam pandangan islam adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama. Dalam agama, seseorang diajarkan bagaimana bertingkah laku yang baik kepada dirinya, oranglain dan kepada penciptanya. Pendidikan tingkah laku ini dibangun dan diasah untuk semua kegiatan hidup seseorang dalam kehidupan sehari-harinya, seperti adab makan, adab minum, adab mengucapkan salam, adab bergaul, hingga adab dalam bermunajat kepada Tuhannya. Tujuan membangun adab ini diharapkan mampu mengarahkan ucapan dan perbuatan seseorang menjadi sesuatu yang terpuji.

Lahirnya adab dalam diri seseorang bersumber dari pembiasaan yang dilahirkan lingkungan kepada pribadi tersebut dan didukung oleh keilmuannya terhadap keutamaan akhlak baik yang dilakukannya. Penanaman adab ini secara aplikatif dimulai dari usia kanak-kanak. Anak-anak diajarkan bagaimana melaksanakan setiap aktivitas yang sesuai tuntunan adab yang benar. Anak-anak dikenalkan bagaimana cara melakukan aktivitas sesuai dengan norma kesopanan yang berkembang dalam budaya masyarakat dan tuntunan sunnah agama. Tak luput dari itu, anak secara konsisten setiap hari diingatkan dengan pembiasaan aktivitas ini sehingga menjadi karakter dalam diri anak.

Di rumah, orangtua berperan menanamkan keyakinan dan melahirkan kesadaran bahwa si anak beradab sesuai tuntunan akhlak dalam agama. Selain itu, orangtua berkewajiban menjelaskan konsepsi tentang adab tersebut dalam segala hal. Kombinasi praktek dan  teori ini menjadi bekal bagi anak dalam meyakini suatu pembiasaan adab yang bermanfaat untuk dirinya bermuamalah dengan oranglain dan Tuhannya. Keyakinan yang telah tertanam dalam diri anak akan mendorong anak untuk bersikap ikhlas bertingkah laku.

Dalam pembiasaan adab, orangtua menjadi prototype terdekat dalam keteladanan anak. Orangtua menjadi referensi anak dalam mengaplikasikan konsep adab yang telah ia ketahui. Dalam hal ini, anak akan mereplikasikan tindakan dan sikap orangtua yang ia lihat. Anak berupaya meyakini dirinya bahwa orangtua melakukan segala kegiatan dengan benar. Maka, menjadi tugas orangtua memberikan contoh dalam setiap aktivitas berlandas kepada konsep adab agar anak mendapatkan cerminan keteladanan yang baik dan tepat.

Tak hanya di rumah, anak-anak membutuhkan lingkungan alami untuk belajar dan bersosialisasi. Sekolah adalah wadah anak untuk menguatkan proses pembiasaan adab. Durasi waktu pembelajaran di sekolah, terutama sekolah full day menuntut siswa memiliki waktu bermain dan belajar yang lama di sekolah. Anak didik dipercayakan orangtua untuk dibina oleh guru di sekolah melalui serangkaian kegiatan yang telah terjadwal seperti jadwal shalat dhuha, shalat wajib, makan siang, dan jadwal mengaji.

Di sekolah anak-anak ditimpa dengan susunan jadwal yang telah terstruktur. Susunan jadwal ini akan dilaksanakan secara konsisten setiap hari. Pagi hari anak-anak dibiasakan

untuk adab bersalaman ketika tiba di sekolah, adab masuk kelas, adab berdo’a sebelum memulai pembelajaran, adab belajar, adab shalat, adab makan dan minum saat jam istirahat, adab bergaul, adab berpamitan saat pulang. Semua aktivitas ini secara konsisten diingatkan setiap hari kepada anak. Sejatinya, anak sedang belajar mengenal tindakan baik sesuai norma yang ada.

Dalam keseharian, tak dipungkiri anak melakukan kesalahan. Mengarahkan anak terhadap kekeliruan anak dalam bertindak dapat dilakukan dengan menegur dengan bijak dan sopan serta memberi motivasi pada siswa. Hal ini bertujuan agar si anak mampu terayomi dengan cara yang baik dan patut sehingga anak merasa dihargai dan penerimaan mereka terhadap pendidikan adab berjalan sesuai harapan.

Akhirnya, konsepsi adab dan aplikasinya mampu berjalan seiringan. Sehingga hasil pembiasaan adab menentukan karakter yang tercipta pada diri anak. Sikap yang telah ditanamkan akan mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti dan tabiat dalam pribadinya. Hal inilah yang akan menjadi pegangan anak dalam menampilkan dirinya di lingkungan sosialnya. Dimana orang lain akan memberikan penilaian terhadap baik dan buruknya tampilan perilaku anak tersebut.

Profil Penulis

Saya Fetrianis, menyadari bahwa kemampuan membaca dan menulis merupakan satu paduan. Dalam hal membaca saya perlu meningkatkan kuantitas dan kualitas bacaan agar kegiatan ini berdampak terhadap cara pandang saya menanggapi suatu masalah. Kegiatan membaca akan mendorong saya mampu menulis sejumlah ide dan gagasan yang menarik untuk disajikan kepada masyarakat terutama kalangan guru. Satu cinta untuk pendidikan Indonesia.